Dear Mas Menteri, Kapan Anak-anak ke Sekolah Lagi?

Ega Putra
3 min readJan 24, 2021

--

Freepik

Pandemi tak kunjung pergi hingga tahun berganti. Adaptasi demi adaptasi harus dijalani daripada kena corona terus mati. Tapii.. anak-anak udah kangen belajar di kelas dan main sama temennya nih. Dear Mas Menteri, kapan sih anak-anak bisa belajar ke sekolah lagi?

Edisi Khusus Gatra 27 Januari 2021, menyoroti kinerja Mas Menteri Nadiem Makarim dalam memimpin Kemendikbud. Setahun jadi menteri, mantan CEO Gojek ini panen kritik dari berbagai kalangan.

Dalam wawancara khusus dengan Gatra, salah satunya Mas Menteri menjawab soal banyaknya keluhan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Bisa dibilang dia mengakui PJJ itu tidak efektif.

“Partisipasi orangtua itu menjadi game changer. Yang menjadikan PJJ efektif atau tidak, itu orangtua. Apakah orangtua mau dan punya kemampuan untuk hadir di pembelajaran anaknya, memotivasi dan membantu. Orangtua yang mungkin tidak mampu belajar karena dia terlalu sibuk mencari nafkah, itu yang pasti akan mengalami kesulitan,” kata Nadiem.

Saya berpikir, pasti semua orang tua yang menjalani PJJ untuk anaknya akan flashback ke masa-masa indah di sekolah dulu. Berangkat pagi-pagi, upacara di sekolah, main bareng temen di lapangan, canda gurau saat istirahat dan pulang sekolah dan lainnya. Kasihan ya anak sekarang harus melewati masa-masa indah kaya kita dulu.

“Aku kangen main di sekolah sama temen-temen, Yah!,” kata anak pertama saya, Raza.

Wajar lah anak kelas 2 SD, berusia 8 tahun ini kangen masa-masa belajar dan bermain di sekolah. Suasana dan pengalamannya beda belajar di sekolah sama belajar di rumah. Trus Nadiem bilang begini.

“Jadi, ada limit teknologi terhadap kualitas pembelajaran. Peran guru, manusia dalam meeting face to face itu luar biasa dalam pendidikan. Kalau ada yang bilang manusia bisa digantikan teknologi, itu tidak bisa di pendidikan. Karena proses belajar dari anak-anak maupun dewasa membutuhkan kedekatan psychosocial, emosional dengan yang menjadi mentor kita,” tuturnya.

Nah, saya sepakat Mas Bro.. terlepas dari meningkatnya ikatan emosional anak dan ortu selama belajar dari rumah, tapi anak-anak kehilangan kedekatan dengan teman ‘seperjuangannya’ dan para guru yang menguasai bidang pelajarannya di sekolah.

Semua ortu pasti khawatir, apa bisa di sekolah tetap jaga 3M, pake Masker, Mencuci Tangan dan Menjaga Jarak? Nah menurut saya, ini mungkin bisa diatur jumlah murid yang datang ke sekolah, misal pagi, siang, sore. Belajar cukup per 2 jam tapi berkualitas.

Selain itu, penjaga sekolah diperbanyak buat pantau kegiatan anak-anak. Langsung keluarin kartu kuning dan tiup peluit bubarin anak-anak yang berkerumun, nggak pake masker atau melanggar prokes lainnya.

Tapi mungkin realisasinya gak semudah nulis di blog ini sih. Setidaknya itu yang saya pikirin di masa-masa kurang indah bagi dunia pendidikan ini. Sepenuhnya saya serahkan kepada pemerintah apapun kebijakan, pasti yang terbaik buat anak-anak bangsa. Kami dengar dan kami taat.

Jadi kapan nih Mas, sekolah dibuka untuk anak-anak kembali belajar?

“Dari enam bulan lalu, daerah zona hijau dan kuning sudah boleh dibuka. Sekarang semua zona dibuka asal ada persetujuan kepala sekolah dan komite sekolah yaitu perwakilan orangtua. Jadi kalau orangtuanya enggak mau, ya tidak bisa dibuka,” jelas pria 35 tahun ini.

Trus saya harus jawab mau atau enggak ya? Kalau kalian para orangtua gimana jawabnya?

Jakarta, 25 Januari 2021

Ayah Ega Putra

--

--

Ega Putra
Ega Putra

Written by Ega Putra

Be In Someone Shoes, Im Journalist and Content Writer @detikcom

No responses yet